DAFTAR ISI
- Pendahuluan
- Konsep Individu
- Pengertian Individu
- Teori Interaksionisme Simbolik tentang Individu
- Konsep Diri Individu
- Konsep Kekerabatan
- Pengertian Kekerabatan
- Bentuk-bentuk Kekerabatan
- Fungsi dan Peran Kekerabatan
- Individu dan Kekerabatan dalam Masyarakat Multikultural
- Penutup
- Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
Individu dan kekerabatan merupakan dua konsep penting dalam kajian ilmu sosial dan budaya. Kedua hal tersebut saling berkaitan erat satu sama lain. Individu berkembang dan membentuk identitasnya melalui interaksi dalam lingkup kekerabatan. Sementara itu, kekerabatan terbentuk dan dipertahankan oleh para individu pelaku di dalamnya.
Tulisan ini akan membahas mengenai konsep-konsep individu dan kekerabatan. Pembahasan dimulai dengan pengertian individu, teori interaksionisme simbolik tentang pembentukan individu, serta konsep diri individu. Kemudian dilanjutkan dengan konsep kekerabatan, bentuk dan fungsinya, serta dinamika individu dan kekerabatan dalam masyarakat multikultural.
Melalui ulasan konsep-konsep tersebut, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai kaitan erat antara individu dan kekerabatan. Serta bagaimana keduanya saling membentuk dan memengaruhi satu sama lain dalam konteks sosial budaya yang dinamis.
KONSEP INDIVIDU
Pengertian Individu
Individu dapat didefinisikan sebagai manusia sebagai makhluk tunggal atau perseorangan yang unik dan berbeda satu sama lain (Ritzer, 2012)1. Istilah individu berasal dari bahasa Latin yaitu ‘individuum’ yang berarti yang tidak terbagi-bagi.
Dalam ilmu sosial dan budaya, konsep individu merujuk pada manusia sebagai agen yang memiliki kesadaran, kehendak, dan kemampuan untuk berpikir serta bertindak secara bebas. Individu dipandang sebagai pelaku utama dalam masyarakat yang secara aktif membentuk dan berinteraksi dengan dunia sosialnya.
Ciri utama individu adalah memiliki identitas dan kepribadian yang unik serta perasaan sebagai diri yang terpisah dari orang lain. Identitas individu dibentuk melalui interaksi sosial dan dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial budaya di lingkungannya.
Teori Interaksionisme Simbolik tentang Individu
Salah satu teori sosiologi yang membahas pembentukan individu adalah interaksionisme simbolik. Teori ini memandang individu terbentuk melalui interaksi sosial dengan individu lain di masyarakat.
Menurut Herbert Blumer sebagai tokoh interaksionisme simbolik, manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang diberikan pada sesuatu itu (Ritzer, 2012)1. Makna tidak bersifat intrinsik dalam sesuatu, melainkan diciptakan dan dimodifikasi melalui proses interaksi dengan individu lain.
Melalui interaksi sosial, individu belajar mendefinisikan objek, situasi, konsep diri mereka, dan orang lain. Definisi ini kemudian membentuk makna subjektif dan memandu tindakan individu. Makna juga bersifat dinamis dan dinegosiasikan secara interpretatif dalam interaksi sosial.
Dengan kata lain, interaksionisme simbolik memandang individu sebagai agen kreatif yang secara aktif membentuk identitas dan membangun realitas sosialnya melalui interaksi dengan individu lain. Individu dan masyarakat saling membentuk dalam proses timbal balik yang dinamis.
Konsep Diri Individu
Konsep diri merupakan aspek penting dalam pembentukan individu. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya sebagai objek (Ritzer, 2012)1. Konsep diri berkembang sejak masa kanak-kanak melalui interaksi dengan orang lain.
Konsep diri terdiri dari dua dimensi, yaitu personal identity dan sosial identity. Personal identity merujuk pada atribut dan karakteristik diri yang memisahkan diri kita dari orang lain. Sementara social identity merujuk pada diri kita sebagai bagian dari berbagai kelompok sosial seperti gender, etnis, kelas sosial, dst.
Konsep diri secara aktif membentuk perilaku individu. Individu cenderung bertindak sesuai konsep dirinya dan menginginkan pengakuan sosial atas identitas dirinya. Namun konsep diri juga bersifat dinamis dan dapat berubah seiring perkembangan individu dan interaksinya dengan lingkungan sosial.
KONSEP KEKERABATAN
Pengertian Kekerabatan
Kekerabatan atau kinship merujuk pada hubungan antara individu yang didasarkan pada keturunan, perkawinan, atau adopsi (Stone, 2010)2. Kekerabatan merupakan bentuk relasi sosial tertua di masyarakat manusia bahkan sebelum adanya organisasi politik dan ekonomi.
Dalam antropologi, kekerabatan dipandang sebagai landasan dasar pembentukan kelompok-kelompok sosial paling awal dalam sejarah manusia. Melalui kekerabatan pulalah manusia belajar bekerja sama dan membentuk sistem norma serta nilai bersama sejak zaman primitif.
Ciri-ciri hubungan kekerabatan antara lain: 1) Berbasis keturunan biologis dan pernikahan; 2) Bersifat kekal dan tidak dapat ditarik kembali; 3) Menimbulkan hak dan kewajiban mutual; 4) Membentuk identitas kelompok bagi anggotanya.
Bentuk-bentuk Kekerabatan
Secara umum, kekerabatan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu kekerabatan darah (consanguineal) dan kekerabatan pernikahan (affinal). Kekerabatan darah didasarkan pada hubungan keturunan biologis, sedangkan kekerabatan pernikahan didasarkan pada ikatan perkawinan (Stone, 2010)2.
Dalam kekerabatan darah, garis keturunan dihitung dari ego (individu acuan) secara bilateral, baik dari pihak ibu maupun ayah. Misalnya orang tua, saudara kandung, paman/bibi, sepupu, kakek/nenek, cucu, dan seterusnya.
Sementara dalam kekerabatan pernikahan, pasangan ego dan kerabat dari pasangan dimasukkan ke dalam sistem kekerabatan, misalnya mertua, ipar, besan, dan menantu. Anak-anak hasil pernikahan juga menjadi bagian kekerabatan suami-istri.
Fungsi dan Peran Kekerabatan
Kekerabatan memiliki beberapa fungsi dan peran penting dalam masyarakat (Stone, 2010)2, antara lain:
- Sebagai basis identitas sosial dan membentuk solidaritas kelompok
- Menyediakan bantuan dan dukungan material maupun emosional
- Mengatur dan menyediakan akses reproduksi bagi anggotanya
- Sebagai basis transmisi warisan sosial berupa harta dan status
- Mengatur pola-pola pernikahan antar anggota maupun dengan kelompok lain
- Mendefinisikan sistem kekerabatan, norma, dan pola relasi di dalamnya
- Memberi kerangka moralitas dan sistem sanksi terhadap perilaku menyimpang
Peran dan fungsi kekerabatan bisa bervariasi antar masyarakat, tergantung sistem kekerabatan dan struktur sosial masyarakat tersebut. Namun pada umumnya, kekerabatan tetap mengatur pola relasi dan solidaritas paling mendasar dalam suatu kelompok sosial.
Individu dan Kekerabatan dalam Masyarakat Multikultural
Dalam masyarakat modern yang semakin multikultural dewasa ini, dinamika antara individu dan kekerabatan menjadi semakin kompleks. Individu kini lebih bebas untuk memilih dan mendefinisikan identitas mereka sendiri di luar batasan kelompok kekerabatan tradisional.
Globalisasi dan mobilitas sosial yang tinggi turut memperlemah ikatan kekerabatan sebagai basis identitas primordial. Individu kini bisa membangun jaringan sosial yang jauh melampaui lingkup kekerabatan lokalnya.
Meskipun demikian, kekerabatan tetap memainkan peran yang penting dalam memberi dukungan, mengatur mobilitas sosial, dan sebagai jaring pengaman bagi para anggotanya. Tantangan yang muncul adalah bagaimana kekerabatan tetap relevan dalam masyarakat modern yang sangat dinamis dan individualistis.
Diperlukan pembaharuan sistem kekerabatan agar tetap sejalan dengan hak-hak individu dan persamaan gender. Juga penyesuaian norma dan peran kekerabatan dengan mobilitas sosial anggota yang semakin tinggi dalam masyarakat global.
PENUTUP
Individu dan kekerabatan merupakan dua konsep sentral dalam studi sosial budaya yang saling berkaitan erat. Individu berkembang dan membentuk identitasnya melalui sosialisasi dalam lingkup kekerabatan sejak kecil. Sementara kekerabatan terbentuk dan dipertahankan oleh para individu sebagai anggotanya.
Dalam masyarakat modern, tantangan yang muncul adalah menjembatani kebebasan individu yang semakin besar dengan peran kekerabatan sebagai kelompok afiliasi primordialnya. Diperlukan pembaharuan sistem kekerabatan agar tetap relevan dan memberi manfaat positif bagi para anggotanya di era globalisasi. Dengan demikian akan tercipta dinamika yang konstruktif antara individu dan kekerabatan dalam masyarakat multikultural.
DAFTAR PUSTAKA
- Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
- Stone, L. (2010). Kinship and Gender: An Introduction. Colorado: Westview Press.